Kapolres Sumba Timur | Update kemampuan diri sehingga tidak tergilas oleh zaman
ntt.tribratanews.com - “Dengan menganalogikan filosofi garam yang berfungsi memberi rasa dan mengawetkan atau mencegah kebusukan, apabila sebagai manusia tidak menjadi garam, maka sebagai manusia berpotensi akan dibuang,” ujar Kapolres Sumba Timur AKBP Victor M. Silalahi saat menjadi narasumber dalam kegiatan Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (Ospek) mahasiswa baru STT Teologia Matawai yang mengusung tema ospek membentuk generasi yang unggul dan berwawasan kebangsaan, Senin (31/7/17) sore.
Bertempat di aula Sekolah Tinggi Teologia (STT) Matawai Waingapu, kegiatan yang dihadiri oleh dosen, staf dan mahasiswa baru tersebut, Kapolres membawakan materi peningkatan wawasan kebangsaan NKRI dari aspek kamtibmas yang mencakup definisi wawasan Kebangsaan dan atribut kebangsaan serta 4 pilar kebangsaan yang meliputi Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika.
“ Sebagai generasi muda apabila tidak mampu membuat perubahan, memberi dampak, maka akan menjadi generasi yang tidak berguna, maka akan dibuang dan diinjak,” imbuh Kapolres
“ Apabila sebagai generasi muda tidak mampu mengupdate kemampuan dan bersaing dalam era saat ini maka akan tergilas oleh zaman. Dengan cepatnya perkembangan informasi global hal tersebut tentunya membawa sisi positif dan negatif,” katanya
“ Adanya koreksi demokrasi, sehingga demokrasi menjadi bablas, tidak terkontrol yang mengarah pada killing zone seperti fenomena khilafah, radikalisme, ekstrimisme dan terorisme,” ujarnya
Kapolres mengatakan ancaman nasional yang perlu diwaspadai sekarang ini yaitu intoleransi, terorisme, radikalisme, idiologi invasion, konflik sosial, narkoba, proxy war, separatisme, berita hoax yang memprovokasi massa sehingga timbul intoleransi, perdagangan dan penyelundupan manusia serta ancaman lainnya.
“ Proxy war dikarenakan adanya kepentingan global sehingga membuat negara sasaran menjadi chaos yang pada akhirnya akan mengalami kehilangan satu generasi,” jelasnya
Terkait terorisme Kapolres mengingatkan bahwa bukan pasukan atau senjata yang digunakan ISIS namun sel tidur yang telah dicuci otaknya dan siap digerakan.
“ Pembelajaran teroris tidak perlu di medan perang yang sesungguhnya seperti di Suriah namun dapat dipelajari dari media sosial seperti telegram yang telah memberikan tutorial terkait aksi teror, cara membuat bom dan lain sebagainya, Perang melawan teroris sesungguhnya adalah dengan memenangkan simpati masyarakat untuk tidak mentolerir gerakan radikal dan terorisme tersebut,” serunya
Dipenghujung materi Kapolres menjelasakana bahwa negara Indonesia merupakan bagian yang tidak terlepas dari ekonomi global, untuk itu harus tetap berhubungan dengan negara lain yang secara ekonomi, politik, dan teknologi lebih maju, sehingga negara kita akan berubah menjadi negara maju tanpa merubah jati diri bangsa Indonesia.