Gelar Simulasi Pengendalian Massa dan Penanggulangan Bencana Alam, Kapolda NTT : Ini Wujud Kesiapan dan Antsipasi Polda NTT

Gelar Simulasi Pengendalian Massa dan Penanggulangan Bencana Alam, Kapolda NTT : Ini Wujud Kesiapan dan Antsipasi Polda NTT

ntt.tribratanews.com - Ratusan Personel Direktorat Samapta Polda NTT menggelar simulasi pengendalian massa dan penanggulangan bencana alam. Simulasi ini digelar di Lapangan Utama Mapolda NTT, Selasa (14/12/2021).

Kegiatan ini dihadiri langsung oleh Kapolda NTT Irjen Pol Drs. Lotharia Latif, S.H., M.Hum didampingi oleh Wakapolda NTT Brigjen Pol Drs. Ama Kliment Dwikorjanto, M.Si, dan Irwasda Polda NTT Kombes Pol. Zulkifli, S.S.T.M.K., S.H., M.M serta para pejabat utama Polda NTT. Hadir juga menyaksikan simulasi ini, para Kapolres, Kabagops dan Kasatintelkam Polres jajaran Polda NTT.

Simulasi ini dilakukan guna mengantisipasi segala kemungkinan kerawanan yang terjadi baik itu dalam mengantisipasi terjadinya unjuk rasa maupun mengantisipasi bencana alam.

Dalam simulasi ini personel dibagi dalam dua kelompok yakni kelompok yang berperan sebagai petugas keamanan dan satunya lagi berperan sebagai massa. Begitupun pada simulasi penanggulangan bencana ada yang berperan sebagai petugas Polri dan ada yang berperan sebagai masyarakat yang menjadi korban bencana alam.

Kapolda NTT Irjen Pol Drs. Lotharia Latif, S.H., M.Hum menyampaikan bahwa, simulasi ini merupakan ketrampilan dasar yang harus dijaga oleh Personel Polda NTT khususnya Ditsamapta sekaligus dalam penggunaan peralatan yang dimiliki secara maksimal sehingga ada kelemahan dapat dibenahi.

Disebutnya, simulasi ini juga merupakan wujud kesiapan Polda NTT dalam mengantisipasi segala kemungknan yang terjadi baik itu Bencana Alam maupun Unjuk Rasa.

“Kita harus siap 1 x 24 jam untuk melayani masyarakat, karena kita tidak tahu kapan bencana itu terjadi, jadi kita harus siap baik itu kemampuan anggota maupun peralatan. Sementara  terkait pengendalian unjuk rasa, kita juga harus menjaga profesionalisme anggota kita, dimana semuanya diatur dalam undang-undang. Petugasnya diatur oleh undang-undang begitupun pengunjuk rasa juga diatur dalam undang-undang.

Ia sampaikan bahwa, kalau semuanya diikuti dengan tertib dan benar, pasti tidak akan terjadi gesekan dilapangan.

“Kalaupun tadi di dalam simulasi diindikasikan ada, sedikit gesekan semua tahapan yang dilakukan oleh Polri juga harus sesuai dengan aturan tidak boleh adanya kekerasan kemudian pelanggaran HAM dan sebagainya, itulah yang kita latih hari ini dan mudah-mudahn bermanfaat bagi masyarakat”, terangnya.

Pada kesempatan itu, Irjen Pol Drs. Lotharia Latif, S.H., M.Hum menyampaikan apresiasi dan kebanggannya kepada seluruh personel Ditsamapta Polda NTT dan semua unsur yang terlibat langsung dalam kegiatan simulasi tersebut.

Kepada seluruh personel Ditsamapta Polda NTT, Jenderal Bintang Dua ini menyatakan bahwa, Simulasi ini bukan merupakan kejadian sesungguhnya, tantangan terberatnya adalah bagaimana nanti saat dilaksanakan di lapangan, apakah sesuai dengan simulasi yang dilaksanakan saat ini.

“Tetapi gambaran pagi ini menunjukan, yang pertama kalian paham akan tugasnya, yang kedua kalian telah paham akan SOP yang telah ditetapkan, yang ketiga kalian mampu menggunakan peralatan yang telah disiapkan. Semua peralatan ini dibayar oleh uang rakyat sehingga kewajiban kita memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat secara maksimal.

“Kemampuan-kemampuan telah ditunjukan, alat-alat utama juga ditunjukan mulai dari pengendalian massa, walaupun kita melakukan perlindungan terhadap masyarakat lain, tetapi pengunjuk rasa juga harus dihormati dan dihargai haknya”, tambahnya.

Dikataknnya, langkah-langkah yang dilakukan adalah langkah untuk menciptakan dan memelihara kamtibmas bukan untuk menyakiti masyarakat, tetapi semata-mata untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat lain yang mempunyai hak untuk melaksanakan aktifitas rutinnya. Unjuk rasa tidak dilarang, unjuk rasa dapat dilakukan dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan. Anggota Polri juga demikian, melaksanakan pengamanan unjuk rasa diatur oleh SOP dan protap yang ada.

Lanjut dikatakannya, seluruh alat dan peralatan yang digunkan tidak untuk mematikan masyarakat, tetapi untuk melindungi, kemudian mengamankan, melumpuhkan dengan tidak melakukan kekerasan di lapangan.

Kapolda NTT pun bangga bahwa, selama tahun 2021 pelaksanaan pengamanan unjuk rasa yang dilakukan oleh personel jajaran Polda NTT dapat dilaksanakan secara humanis, dilakukan dengan tetap menjunjung tinggi HAM dan tidak melakukan kekerasan yang tidak diperlukan.

“Berulang kali saya sampaikan, jangan ada kata-kata ekstra, jangan ada tindakan ekstra di dalam penanganan unjuk rasa atau demo yang kita hadapi”, tegas Kapolda NTT.

“Biarkan Masyarakat melaksanakan unjuk rasa yang juga harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku, semua harus mematuhi undang-undang. Pengunjuk rasa harus mematuhi Undang-undang kita juga juga dalam pengamanan harus mematuhi undang-undang”, lanjutnya.

Kapolda NTT berharap apa yang telah ditampilkan agar dipertahankan dan ditingkatkan.

“Mudah-mudahan simulasi yang dilakukan dalam pengendalian massa ini juga itu yang kita laksanakan dan praktekan di lapangan, sehingga tidak ada lagi kekerasdan yang muncul di lapangan, tidak adalagi hal-hal yang merugikan baik bagi masyarakat maupun bagi diri mu sendiri sebagai anggota Polri, karena kita terikat di dalam aturan kode etik, disiplin bahkan apa bila kita lakukan kekerasan itu bisa kita juga kemudian terlibat dalam kasus pidana. Sering saya ingatkan itu rekan-rekan sekalian, para anggota yang selalu saya banggakan .

Terkait simulasi bencana alam, Kapolda NTT menyampaikan bahwa dalam simulasi itu, semua peralatan yang ada juga digunakan yang mana peralatan-peralatan tersebut diperuntukan untuk menjaga, menolong, melindungi dan melayani masyarakat.

“Peralatan ini harus digunakan dan dipakai, lebih baik rusak karena digunakan latihan, lebih baik rusak karena digunakan untuk melayani masyarakat dari pada didiamkan”, ujar Kapolda NTT.

Ia menekankan kepada Personel Ditsamapta Polda NTT untuk terus melakukan simulasi secara rutin guna melatih ketrampilan dan skil, karena ketramilan tidak bisa dilaksanakan dengan teori tertapi harus betul-betul dilaksanakan penggunaan dan rasakan peralatan tersebut.