Wakapolda NTT pimpin Kegiatan Penanaman Anakan Mangrove di Pantai Sulamanda
ntt.tribratanews.com
- "Polri Peduli Penghijauan Pantai dan Penguatan Ekonomi Masyarakat Pesisir", demikian tema yang diangkat dalam kegiatan penanaman anakan Mangrove secara serentak di Indonesia tahun 2020 yang dipusatkan di Desa Ketapang, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tanggerang, Banten.
Polda NTT yang mana diprakarsai oleh Ditpolairud Polda NTT sendiri melakukan kegiatan penanaman mangrove di wilayah Kabupaten Kupang tepatnya di Pantai Sulamanda, Desa Mata Air, Kecamatan Kupang Tengah, Jumat (21/2/2020).
Kegiatan ini dipimpin langsung oleh Wakapolda NTT Brigjen Pol. Drs. Johni Asadoma, M.Hum., yang dihadiri oleh sejumlah pejabat utama Polda NTT dan para Forkopimda Kabupaten Kupang.
Pada kegiatan ini, selain diikuti oleh personel TNI, Polri juga diikuti oleh instansi terkait, Bhayangkari dan Mahasiswa serta Pelajar.
"Hutan mangrove memiliki peran ekologis yang besar bagi kehidupan manusia. Telah berabad-abad lamanya dijadikan tumpuan jutaan orang yang hidup di pesisir", ucap Brigjen Pol Drs. Johni Asadamoa, M.Hum membacakan amanat Kapolri Jenderal Drs. Idham Asiz.
"Hutan ini memiliki banyak fungsi mulai dari penyedia sumber makanan, bahan baku industri, mencegah banjir, mencegah erosi, hingga fungsi rekreasi", tambahnya.
Lanjutnya, ada beberapa fungsi utama hutan mangrove yang sangat penting antara lain menahan abrasi, membentuk lahan baru, mencegah intrusi air laut, menyediakan makanan dan mineral bagi hewan laut dan sebagai sumber keanekaragaman hayati. Sehingga keberadaan hutan mangrove sangat penting untuk menjaga kestabilan ekosistem pantai.
"Namun demikian, fakta menunjukan laju kehilangan hutan mangrove sebesar tiga sampai lima kali lebih cepat dari kehilangan hutan global. hal ini juga terjadi di indonesia yang memiliki sepertiga mangrove dunia", ujarnya.
Lanjut dikataknya, dalam kurun waktu tahun 2000-2014, Indonesia tercatat sebagai negara penyumbang kehilangan hutan mangrove terluas di dunia, yakni 4.364 km2 atau sekitar 311 km2 per tahunnya. Kehilangan mangrove Indonesia dalam kurun waktu 14 tahun tersebut itu setara dengan kehilangan sekitar 120 lapangan sepakbola per hari, enam kali luas negara singapura, atau 6,5 kali jakarta. Kerusakan dan kehilangan hutan mangrove sangat merugikan baik secara ekologis maupun sosial-ekonomi. Hal ini terbukti secara ilmiah pada saat terjadi tsunami dahsyat 26 Desember 2004 di Aceh dan Sumatera bagian utara.
"Fenomena ini sudah lebih dari cukup menjadi bukti betapa penting kawasan mangrove di pesisir. Hutan mangrove juga merupakan habitat penting bagi ikan, udang, kepiting, burung air, dan mamalia laut",
Diterangkan bahwa, mangrove sendiri tercatat sebagai ekosistem terproduktif dari ekosistem daratan manapun di dunia. Mangrove merupakan awal dari rantai makanan di pesisir pantai.kerusakan dan kehilangan mangrove juga memicu pelepasan gas-gas rumah kaca (GRK), seperti korbon diaksida (co2) dan metan (ch4).
"Artinya, kerusakan dan kehilangan mangrove menjadi salah satu faktor pemicu pemanasan global karena meningkatkan konsentrasi GRK dimaksud di atmosfir", terangnya.
Di indonesia hutan mangrove mulai digalakkan keberadaannya di beberapa kawasan seperti sumatera, jawa, sulawesi, dan papua. dengan melibatkan stakeholder dan seluruh elemen masyarakat untuk bergerak bersama-sama melaksanakan penanaman mangrove, kelapa, serta ketapang yang merupakan salah satu solusi mencegah terjadinya abrasi pada pantai serta menjaga kembali kelestarian alam yang juga dapat menumbuhkan perekonomian masyarakat.
"Untuk itu pada hari ini, secara serentak di Indonesia, Kapolri mengajak kita bersama-sama melakukan penanaman pohon mangrove di seluruh Indonesia dengan harapan dapat mengembalikan ekosistem yang telah rusak agar dapat kita wariskan pada anak cucu kita kelak", pungkasnya.