Kapolres Sumba Timur Kupas awal mula lahirnya Sumpah Pemuda
ntt.tribratanews.com – Yang membuat bangsa kita menjadi bangsa yang besar adalah banyak keragaman Suku, Agama dan Ras yang terbentang dari Sumatra ke Papua. Karna bangsa yang besar itulah menjadi awal mula lahirnya Sumpah Pemuda pada Tahun 1928 yang mana saat itu Indonesia belum merdeka tapi para pemuda sudah berani, semua etnis yang ada di Indonesia bersatu padu dan pada tahun 1928 terbentuklah sumpah pemuda, dari semua suku, etnis yang ada meninggalkan kepentingan, menyingkirkan perbedaan karna adanya common interest yaitu mengutamakan kepentingan bersama. Konsep kebersamaan harus diutamakan oleh pemuda untuk membentuk suatu bangsa yang kuat yang selama ini dipecah-pecah, di adu domba, dan di eksploitasi oleh bangsa lain.
Kalimat tersebut merupakan petikan dari paparan Kapolres Sumba Timur AKBP Victor M.T.Silalahi, SH. MH saat menjadi nara sumber dalam dialog kepemudaan dan deklarasi pemuda dan mahasiswa GMNI dan GMKI yang mengusung tema Pemuda Berani Bersatu dengan sub tema dengan semangat sumpah pemuda kita cegah radikalisme, Sabtu (28/10/17) siang di aula kantor BPM kabupaten Sumba Timur.
Selain Kapolres kegiatan juga menghadirkan narasumber dari Kodim 1601 Sumba Timur, Ketua GMKI dan Ketua GMNI dan dihadiri komunitas pemuda dan mahasiswa di kabupaten Sumba Timur. Dalam paparannya Kapolres Sumba Timur menyampaikan dan mengupas awal mula lahirnya sumpah pemuda dan berkembangnya paham-paham dadikalisme.
“Bangsa Indonesia lebih mengutamakan demokrasi dari pada kesejahteraan, berbeda dengan negara tetangga seperti negara Singapura yang lebih mendahulukan kesejahteraan dibandingkan dengan demokrasi dan itu yang menyebabkan rendahnya sumber daya manusia yang dimiliki masyarakat Indonesia sehingga mempengaruhi perkembangan pendidikan masyarakat terutama para pemuda sebagai generasi penerus bangsa dan dampaknya berikabat para pemuda Indonesia mudah dipengaruhi oleh paham-paham radikal,” urai Kapolres.
“Yang harus diantisipasi saat ini adalah berkembangnya penyebaran radikalisme karena dampak dari paham tersebut dapat membuat negara hancur contohya seperti Suriah dan tidak ada satupun negara yang besar jika negara tersebut tidak memjamin kesejahteraan,” ujar Kapolres.
“Banyak isu-isu sepele yang dikemas dan digoreng dengan berbagai bentuk oleh orang-orang tidak berantanggung jawab yang ingin membuat Nagara Indonesia hancur terpecah belah. Sebagai pemuda yang paling utama ialah mengutamakan kepentingan bersama dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika, bersatu padu untuk mencegah teror-teror dan paham-paham yang tidak sesuai dengan Ideologi negara kita,” jelas Kapolres.
Berkaitan dengan Pilkada Gubernur yang akan berlansung pada tahun 2018 mendatang Kapolres menjelaskan bahwa isu soal Agama pasti akan muncul dan sebagai mahasiswa dan pemuda yang notabenenya adalah kaum cendekia, harus peka dan pandai melihat situasi yang terjadi dan menolak paham-paham yang tidak jelas, kecilkan perbedaan dan besarkan kebersamaan.
Kegiatan tersebut juga merupakan bagian dari Operasi Bina Waspada Turangga 2017 yang dilaksanakan selama empat belas hari atau dari tanggal 21 Oktober sampai 3 November 2017 dilaksanakan untuk meminimalisir dan menanggulangi berkembangnya paham radikalisme dan anti Pancasila sehingga tercipta situasi kamtibmas yang aman dan kondusif. *
(SD/12).