Direktorat Polairud NTT kembali mengamankan Residivis kasus bom ikan di Kupang

Direktorat Polairud NTT kembali mengamankan Residivis kasus bom ikan di Kupang

ntt.tribratanews.com,- YP (37), nelayan yang juga warga RT 06/RW 03, Desa Uiboa, Kecamatan Semau Selatan, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) harus berurusan lagi dengan aparat kepolisian.

Residivis ini ditangkap anggota Dit Polairud Polda NTT, akhir pekan lalu saat menangkap ikan menggunakan bahan peledak (bom ikan).

YP sebelumnya sudah ditangkap polisi Dit Polairud Polda NTT pada tahun 2016 yang lalu juga karena aktivitas menangkap ikan dengan bom.

Kasubdit Gakkum Dit Polairud Polda NTT, AKP Andy, SIK kepada polisi di kantornya saat mendampingi Direktur Polairud Polda NTT, Kombes pol Andreas Herry Susi Darto, SIK, Selasa (24/11/2020) mengakui kalau YP sudah pernah menjalani hukuman di Lapas Kupang setelah diputus  bersalah dalam sidang di pengadilan negeri Kupang beberapa tahun lalu.

"YP saat itu diproses hukum juga karena kasus ilegal fishing (menangkap ikan menggunakan bom ikan) serta 1 tahun dipenjara," ujarnya.

Kali ini YP ditangkap karena menangkap ikan dengan bom ikan di tanjung Lay, perairan Semau Selatan, Kecamatan Semau, Kabupaten Kupang.

Selain menangkap YP, polisi juga mengamankan barang bukti puluhan ekor ikan salam dan ikan gargahing, botol besar dan sedang berisi pupuk warna putih, botol sedang berisi bensin.

Selain itu diamankan pula kacamata selam, 1 pasang sarung tangan, botol kaca warna coklat, 1 buah waring/jaring ikan, korek api gas dan beberapa batang rokok merk 153 dan bakul.

"Tersangka diduga melanggar pasal 84 ayat (1), jo pasal 8 ayat (1) undang-undang nomor 45 tahun 2009 tentang perubahan atas undang-undang nomor 31 tahun 2004 tentang perikanan dengan ancaman hukuman 6 tahun penjara dan denda Rp 1,2 milyar," tambahnya.

Saat diperiksa polisi, tersangka mengaku menangkap ikan dengan bom ikan agar mendapatkan hasil yang banyak.

"Dengan modal sedikit tapi mendapatkan hasil yang banyak dibandingkan dengan menangkap ikan menggunakan alat lain," ujarnya.

Hasil tangkapan ikan yang melimpah karena menggunakan bom ikan selanjutnya dijual kepada masyarakat sekitar untuk keuntungan pribadi.

Penyidik Dit Polairud Polda NTT sudah menahan YP dan menyerahkan tersangka serta barang bukti ke Kejaksaan Tinggi NTT.

"Tersangka diserahkan dari kejaksaan tinggi ke Kejaksaan negeri Oelamasi setelah berkasnya P21 atau lengkap namun pihak kejaksaan menitipkan penahanan tersangka di sel Dit Polair Polda NTT," tandasnya.

Pihaknya menyebutkan kalau saat ini marak terjadi penangkapan ikan menggunakan bom ikan yang merusak biota laut.

"Kerusakan laut terutama terumbu karang disebabkan karena penggunaan bom ikan saat menangkap ikan padahal pertumbuhan karang hanya satu centimeter per tahun," tambah Direktur Polairud Polda NTT Kombes Pol Andreas Herry Susi Darto, SIK.